Bahasa Spandukisme

Bookmark and Share
Ketika Anda berada di jalan, pernahkah Anda secara sungguh-sungguh berusaha melihat spanduk dan membaca pesan yang coba disampaikan ? Maksud saya, spanduk-spanduk tematik dan bukan spanduk-spanduk iklan macam iklan Telkom Flexi, Esia, iklan universitas, dll…

Misalnya, ambil contoh saat menjelang Hari Kebangkitan Nasional 20 Mei, sebuah instansi X memasang spanduk di depan kantornya yang bertuliskan : “Dengan semangat kebangkitan nasional, kita tingkatkan persatuan dan kesatuan bangsa menuju masyarakat madani yang adil dan sejahtera“. He he, tentu saja ini karangan saya. Tapi kira-kira seperti itulah.

Maksud saya, apakah anda yang pinter-pinter dan bersekolah tinggi-tinggi ini bisa mencerna pesan-pesan itu secara sederhana ? Mari coba kita urai satu per satu. Dengan semangat kebangkitan nasional… hmm bolehlah saya mengerti, paling tidak saya coba merujuk pada sejarah Dr Wahidin Sudirohusodo dkk yang mencoba merubah paradigma perjuangan bangsa di era 1900-an dari semula perjuangan sektoral dan bersifat fisik menuju perjuangan nasional dan tidak melulu mengandalkan senjata (pake politik kali ya). Yang kedua, kita tingkatkan persatuan dan kesatuan bangsa …. Hmm… bentar, KITA itu siapa ? Instansi pemilik spanduk ? Orang yang membaca (begitu ada yang membaca, berarti ia terikat dengan komitmen he he he…) ? Rakyat ? Pemerintah ? Bangsa Indonesia ? Agak ambigu menurut saya…. Karena tidak jelas, jadi justru saling tunjuk kali. Oke, kita lanjut … Menuju masyarakat madani yang adil dan sejahtera … Masyarakat madani ? Wah, harus dicari dulu definisinya di Google. Oke, asumsikan pokoke masyarakat yang segalanya bagus lah … macam negara Utopia nya Thomas Moore kali (saya belum baca, lo !). Adil dan sejahtera ? Apa definisi adil ? sejahtera ? … Terus ketika digabungkan semuanya …. ada makna gak ? Ada pesan ga ? Ada benang merah ga … sehingga orang yang membaca itu TAHU dan SADAR mesti ngapain dan bagaimana ?

Berani taruhan, kita akan sering jumpai bahasa spanduk-isme semacam itu, terutama bila ada perayaan hari besar nasional atau hari agama. Saya yakin, bikin spanduk macam itu pasti gak ngarang deh. Pasti yang bikin juga menyesuaikan dengan tema perayaan, bahkan terkadang di-copy paste secara harfiah.

Yang saya heran, kenapa kita suka banget dengan bahasa-bahasa semacam itu ya ? Mengapa kita ga coba sedikit pragmatis dan bersentuhan dengan realitas sosial di masyarakat. Kalau bisa dengan sedikit joke dan fun juga. Misalnya, tema hari kebangkitan nasional boleh seperti itu. Tapi pas masang spanduk di sekolah yang suka tawuran kita ganti deh : “Hari genee masih tawuran ? Malu dong sama Dr Wahidin ! Yuk … jangan tawuran lagi deh. Mendingan kita temenan dengan sekolah tetangga kita ! Selamat Bangkit sekolahku !” He he. Atau kalau mau dipasang di kantor boleh dong “Hari Kebangkitan Nasional : Yuuk kita munculkan inovasi untuk efisiensi biaya. Ayo bangkit !” . Atau kalau mau dipasang di kantor pemerintahan, coba lah pemerintah pusat dan daerah itu sekali-kali meninggalkan bahasa spandukisme yang cenderung arogan itu. Misalnya kita ganti spanduknya dengan “Dengan semangat kebangkitan nasional, pemda kabupaten X siap melayani KTP dengan hanya Rp.5000,-. Selama Bulan Mei saja !”. Nah, ini kan slogan yang OK, tinggal masalah pelaksanaannya tentu. Toh cuman satu bulan he he he.

Atau akhir-akhir ini lihat ngga kampanyenya calon gubernur Jakarta di tv … yang salah satu slogannya : “Mari benahi Jakarta” … saya tertawa dalam hati. Siapa yang mesti benahi Jakarta ? Sampeyan dulu dong sebagai calon … kok ngajak kita ikut benahi ? Emang kita dapet apa ? Kalo saya yang jadi cagub/cawagub lebih baik saya bikin slogan yang pragmatis aja : “Janji deh, Jakarta gak bakalan banjir lagi … kalo kami kepilih” .. meskipun saya sendiri yakin kalo terpilih tetap saja ga bisa bikin Jakarta jadi bebas banjir

Tapi memang susah ya.

Barangkali karena sifat orang Indonesia suka dengan bahasa bahasa yang disguise macam itu. Yang penting mantap, enak didengar, kelihatan elite gimanaaa gitu, pokoknya OK.

{ 2 komentar... Views All / Send Comment! }

Anonim mengatakan... Balas Komentar

Bung Aries Sablon,
Kalo menurut aku bahasa-bahasa itu masih "ORDE BARU BUANGET DEH"
Salam

Unknown mengatakan... Balas Komentar

saya terkesan, saya harus mengatakan ini kepada anda.

Cerita dewasa kelakuan wanita berambut pirang


Ketentuan Pemesanan Kaos/Produk ARIES Sablon & Konveksi :

1. Silahkan mengirim email ke kami di dhennys_as@yahoo.com kira-kira dengan format seperti berikut (bisa di copy paste):

Nama Pemesan: ...
Alamat Pemesan: ...
Spesifikasi Produk yang Dipesan: ...
Jumlah Produk yang dipesan: ...
Desain: ... (silahkan lampirkan gambar/desain corel/photoshop kaos jika ada)
Keterangan: ... (mengenai produk yang akan dipesan, baik warna, ukuran, desain, dan beberapa hal lainnya yang perlu disertakan).

2. Anda akan mendapatkan konfirmasi balasan dari kami secepatnya mengenai pengadaan bahan, warna, desain, dan prosedur pembayaran dan pengiriman.

Order Form

Kirim Email

Nama*
Alamat Email*
Subyek*
Tinggalkan Pesan*
Image Verification
Please enter the text from the image
[Refresh Image] [What's This?]